Pamanku Kesalahanku

Sekali Tusukan, Dewa Pun Tidak Bisa Menolongmu 



Sekali Tusukan, Dewa Pun Tidak Bisa Menolongmu 

0Suara Mo Yangyang tampaknya memiliki kekuatan magis, membuat para penculik itu seakan kehilangan kekuatan untuk menahannya.     
0

Mo Yangyang mengambil kesempatan untuk menarik tangannya sendiri sembari berkata, "Benci, lihat ekspresi cemas kalian! Bagaimana mungkin kalian bisa bersikap kasar dari awal?! Kalian seharusnya mengajak seorang tamu sepertiku untuk masuk pelan-pelan. Ayo, maju satu-satu…"     

Setelah selesai berbicara, ia melihat lelaki yang ada di depannya mulai buka suara, "Kakak tertua... tentu saja, kakak tertua yang… pertama maju!"     

Setelah mendengar suara lelaki yang bicara tadi, terdengar suara gebrakan meja, "Baiklah... bagus, tunggu sampai kamu membuatku puas. Setelah itu, aku baru bersedia untuk melindungimu…."     

Pada saat ini, mereka semua meremehkan Mo Yangyang. Mereka semua berpikir bahwa Mo Yangyang adalah ikan di atas talenan yang bisa dilecehkan dengan begitu mudah.      

Para bajingan ini menunggu momen bersenang-senang yang terbaik.      

Mo Yangyang pun hanya tersenyum dan berkata, "Oke, kalau begitu. Sebelumnya, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak tertua."     

Mo Yangyang berjalan ke kakak tertua itu. Meskipun yang lain juga ingin seperti bosnya, tetapi mereka tidak bicara. Mereka hanya bisa menunggu dengan berdiri di tempat sambil menelan ludah.      

Saat lelaki itu sedang menunggu Mo Yangyang untuk melayaninya, ia tiba-tiba merasakan benda dingin dan keras menyentuh lehernya. Disusul kemudian munculah rasa perih hingga membuatnya memejamkan mata, lalu benda itu mengiris kulitnya.      

Kemudian pria itu mendengar suara lembut yang menyentuh hati itu langsung berubah sekejam pisau tajam di lehernya. Suara itu sangat dingin menusuk telinga.     

"Aku telah menjalankan restoran ini selama lima tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, aku telah menyembelih ayam, mengiris ikan untuk mengeluarkan tulang dan darahnya. Semua hal-hal berdarah pernah kulakukan. Aku juga sangat tahu jelas cara mengakhiri sebuah nyawa dalam waktu tersingkat!"      

Mo Yangyang tidak mengantarkan makanan sekali atau dua kali. Ia juga pernah menghadapi situasi berbahaya sekali atau dua kali seperti ini. Oleh karena itu, ia membawa pisau sendiri untuk melindungi dirinya jika dalam bahaya.      

Lihat, perempuan ini benar-benar sudah punya persiapan.      

Otak lelaki yang awalnya hanya memikirkan hal-hal tercela saja, seketika tenggelam oleh perasaan yang dingin ini.     

Ia hanya merasakan kulit kepalanya mulai mati rasa dan berkata, "Kamu ... apa yang ingin kamu lakukan? Aku peringatkan kamu, kalau kamu berani mencelakaiku, kamu tidak akan bisa keluar dari tempat ini."     

Mo Yangyang tersenyum, dengan senyuman yang kejam dan haus darah. Kekuatan di tangannya meningkat, menyebabkan lelaki itu menjerit kesakitan.     

"Tidak apa-apa, aku tidak takut, bahkan jika mati… mati bersama itu juga ide yang bagus."     

"Kalian mungkin tidak tahu, apa yang akan terjadi kalau aku melanjutkan tusukan ini? Darah akan menyembur keluar seperti air mancur. Sangat indah dan bahkan lebih indah dari tubuhku. Maukah kalian melihatnya?"     

Situasi tiba-tiba berbalik dengan perih, semua orang langsung datang dengan cepat dan mereka tidak menduga dengan kejadian di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka mengira seorang perempuan yang lembut ini ternyata punya keberanian seperti ini?     

"Hei jalang, lepaskan kakak kami…."     

Sambil bicara, segerombolan orang ini juga datang mengerumuninya beramai-ramai.     

Mo Yangyang tiba-tiba berteriak, "Kalian semua berhenti di tempat. Siapapun yang berani maju, aku akan menusuknya dengan pisau. Hanya dengan satu tusukan, bahkan Dewa pun... tidak bisa menyelamatkannya."     

Setelah mengatakan itu, Mo Yangyang dengan cepat menggores wajah pria itu.     

Pisaunya tajam, goresannya sangat dalam dan kejam. Ia menggoresnya dari pangkal hidung lelaki itu ke telinga kanan, menyebabkan lelaki itu menjerit kesakitan.     

Darah keluar dengan cepat. Setengah dari wajah lelaki itu berwarna merah ternodai darah.     

Lelaki itu sangat ketakutan sampai keberaniannya lenyap. Ia mengingatkan para anak buahnya sambil gemetar, "Mundur... mundur, mundur... kalian semua mundur…."     

Mo Yangyang sejujurnya bukan orang yang pintar. Pada saat yang paling kritis, ia memilih melakukan cara yang hanya terpikirkan olehnya dan yang paling efektif untuk mengulur waktu.      

Mo Yangyang bukan lagi Nona Mo Yangyang yang lembut lagi.     

Hanya dengan beberapa kata, ia bisa saja melepaskan martabat itu. Jika tidak, ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Selama dirinya bisa menyelamatkan diri sendiri, tidak ada yang tidak bisa dilakukannya.     

Hal ini pun dapat dibuktikannya. Ya, ia pun berhasil.     

Mo Yangyang lanjut berkata dengan dingin, "Kalian... ambil selotip itu dan rekatkan pada tangan dan kaki kalian satu sama lain…"     

Kali ini, jagoan perempuan ini bukanlah perempuan yang hanya bisa mengandalkan laki-laki. Ia mungkin tidak terlalu pintar, tetapi dirinya memiliki kegigihannya sendiri. Ia mampu bertahan dalam kehidupan yang keras, tangguh dan ulet ...     

Setelah mengalami kesulitan, reaksi pertamanya bukanlah meminta bantuan, tetapi menyelamatkan diri sendiri. Mo Yangyang adalah orang yang sangat mandiri. Tentu saja, Tuan Muda Kelima tidak akan melepaskan kesempatan bagus untuk memvalidasi kehadirannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.